Jika Sobat Kartun merasa sering
menonton televisi bukanlah hal buruk, mungkin bisa membaca bagian dari blog
ini. Jika Sobat Kartun merasa terlalu sering menonton televisi adalah hal yang
buruk, mungkin juga bisa membaca bagian dari blog ini. Membingungkan? Lebih
baik di scroll ke bawah saja.
Televisi memberi banyak manfaat bagi mereka yang
menikmati kehadiran televisi. Mulai dari hiburan, informasi nasional maupun
internasional, atau bahkan seputar lingkup keagamaan. Karena begitu banyaknya
manfaat, orang tua cenderung untuk menggunakan televisi sebagai media
alternatif anak dalam membantu tumbuh kembangnya. Namun apakah benar orang tua
sudah menggunakan televisi dengan benar? Mengingat gencarnya media audiovisual
ini untuk memperoleh rating besar-besaran dari publik, sehingga memberikan
konten-konten yang terkesan kacangan, dan hanya memuaskan mata sesaat.
Seorang anak SD kelas 2 gemar
menonton serial TV Anak Jalanan dengan alasan sederhana “seru banget soalnya!”
Apakah mereka harus disalahkan atas hal tersebut? Anak tersebut tidak dengan
sendirinya menonton atas dasar keinginannya sendiri. Namun adanya trigger atau
pendukung misalkan dari asisten rumah tangganya atau mungkin kedua orang
tuanya.
Pembagian segmentasi kartun juga
dirasa tidak terlalu merata. Dengan menotabenekan anak-anak, semua dikategorikan
sebagai A atau SU. Orang tua pun cenderung tidak memahami kegemaran anaknya
terhadap kartun, dan hanya mengatakan “duh ini mah tontonan anak kecil!” lalu
mengganti saluran TV yang tadinya dikhususkan untuk anaknya. Ketika orang tua
memandang anak kelas 5 SD bahwa mereka sudah besar, bukan berarti mereka boleh
menonton tayangan remaja secara bebas. Merekapun masih dikategorikan sebagai
anak-anak. Persepsi seperti itulah yang terkadang membuat kesenangan anak
terhadap kartunpun berkurang.
Persepsi adalah cara pandang seseorang yang pastinya berbeda di tiap-tiap orangnya. Namun perlu dicermati bahwa memandang sesuatu dengan 1 sudut pandang saja tidaklah cukup. Sama dengan menilai klasifikasi tayangan kartun. Ada sebagian orang tua yang merasa bahwa menonton
Spongebob Squarepants dapat merusak pola pikir anak sehingga tidak perlu
ditonton. Terutama karena karakter Shandy Chicks yang mengenakan bikini sebagai
kostumnya. Orang tua merasa bahwa hal tersebut dapat membuat anak berpikir ke
arah pornografi ketika menonton Spongebob Squarepants. Tidak ada orang tua yang
ingin melihat anaknya gagal dalam bertumbuh kembang. Akan tetapi, orang tua
juga tidak boleh lepas tangan dalam mendidik dan mengarahkan anak untuk bisa
berpikir kreatif dan imajinatif.
Dalam klasifikasi, tayangan Spongebob
Squarepants adalah kategori BO. Sehingga orang tua harusnya dapat menemani anak
untuk memahami serial kartun tersebut. Andaikan orang tua hanya sekedar
melanggar anaknya untuk menonton Spongebob karena dapat merusak anak-anak yang
tidak jernih, maka justru pola pikir orang tua tersebut yang perlu
dipertimbangkan kembali. Jika anak tidak mengerti maksud lelucon dari serial
Spongebob atau tidak paham kenapa karakter di sana bertingkah sedemikian rupa,
maka patutlah orang tua harus menjabarkan dan memberi arahan yang mendidik. Sehingga
fungsi dari kartun tersebut dapat tersalurkan dengan benar oleh televisi
sehingga membuat pola pikir anak lebih memahami apa yang diajarkan dalam kartun
yang ia tonton.
Tetaplah menonton, Sobat Kartun!