Jika kamu secara kebetulan ada
dalam blogspot ini dan ternyata senang membaca artikel tentang kartun, silahkan
tetap membaca! Atau jika kamu memang ingin
memahami bagaimana kartun bisa memengaruhi anak dalam berkembang,
tetaplah membaca!
Apakah sobat kartun memiliki anak yang
gemar nonton kartun? Tontonan seperti apa yang biasa mereka tonton? Apakah
menonton Aikatsuu di weekend setiap
pagi? Atau menonton Sofia The First?
Tontonan tersebut diklasifikasikan sebagai kategori A atau Anak-anak. Bagaimana
kita tahu kartun tersebut adalah klasifikasi A? Adakah klasifikasi lain untuk
tontonan anak-anak? Mari kita tengok!
Kartun diklasifikasikan ke dalam
beberapa kategori. Mereka di kategorikan sesuai dengan konten, gaya bahasa,
serta alur cerita yang digunakan berdasarkan umur penontonnya. Bila anak gemar
nonton Sofia The First, gaya
bicaranya akan lebih kepada kekhasan anak-anak, dan juga secara tidak langsung
ada unsur edukasi yang membuat anak akhirnya tergerak untuk mengikuti tindakan
tersebut. Sehingga klasifikasi terhadap kartun Sofia the First adalah A yaitu Anak-anak. Ada juga seperti Dora the Explorer, Chalkzone, Doraemon, Go
Diego Go, Sheriff Callie Wild West,
dan berbagai kartun yang serupa dengan itu. Klasifikasi terhadap tontonan
kategori A ini didasari dengan unsur bahwa ;
1. Tayangan
yang khusus dibuat dan ditujukan untuk anak
2. Berisikan isi, materi, gaya penceritaan, tampilan yang
sesuai dengan dan tidak merugikan perkembangan dan kesehatan anak
3. Tidak boleh menonjolkan kekerasan (baik perilaku verbal
maupun non-verbal) serta menyajikan adegan kekerasan yang mudah ditiru
anak-anak
4. Tidak boleh menyajikan adegan yang memperlihatkan perilaku
atau situasi yang membahayakan yang mudah atau mungkin ditiru anak-anak.
5. Tidak boleh mengandung muatan yang dapat mendorong anak
belajar tentang perilaku yang tidak pantas, seperti: berpacaran saat anak-anak,
bersikap kurang ajar pada orangtua atau guru.
6. Tidak mengandung muatan yang mendorong anak percaya pada
kekuatan paranormal, klenik, praktek spiritual magis, mistik, atau kontak
dengan roh.
7. Tidak mengandung adegan yang menakutkan dan mengerikan
8. Mengandung salah satu atau beberapa hal yang berkaitan
dengan nilai-nilai pendidikan, budi pekerti, hiburan, apresiasi estetik dan
penumbuhan rasa ingin tahu mengenai lingkungan sekitar
9. Jika program mengandung gambaran tentang nilai-nilai dan
perilaku anti-sosial (seperti tamak, licik, berbohong), program tersebut harus
juga menggambarkan sanksi atau akibat yang jelas dari perilaku tersebut.
10. Tidak memuat materi yang mungkin dapat
mengganggu perkembangan jiwa anak, seperti: perceraian, perselingkuhan, bunuh
diri, penggunaan obat bius.
SU merupakan akronim dari Semua
Umur, di mana tayangan yang disiarkan dapat ditonton oleh orang tua maupun
anak-anak. Misalkan seperti film Wall-E, Dinosaur, An American Tale, Inside Out,
Madagascar atau bahkan serial Doraemon. Tayangan dengan kategori SU dapat
dinikmati oleh tiap kalangan baik dewasa maupun anak-anak. Berbagai contoh
kartun yang sudah disebutkan baru saja adalah tayangan kartun yang tidak hanya
dinikmati anak-anak saja, namun juga untuk kalangan dewasa. Lewat adanya
tayangan kategori Semua Umur, anak memiliki kesempatan untuk bisa menonton
bersama dengan orang tuanya dan keduanya dapat saling belajar dan tahu lewat
kartun tersebut.
Inside Out dan Wall-e merupakan contoh film layar lebar yang berklasifikasi A sehingga dapat disiarkan di televisi.
Ada juga kategori tayangan dengan
klasifikasi BO atau Bimbingan Orang Tua. Hal ini perlu benar-benar diterapkan
oleh orang tua sehingga anak punya batasan dan arahan sejauh mana tayangan
tersebut memberi efek positif pola pikir anak. Tayangan seperti Spongebob
Squarepants adalah salah satu yang dikategorikan sebagai tayangan Bimbingan
Orang Tua. Kategori ini lebih mengarahkan orang tua untuk lebih informatif
terhadap anak tentang apa yang ditontonnya. Dengan adanya tayangan bersifat BO,
anak belajar untuk mendengar saran orang tua tentang apa yang sedang dia
tonton. Orang tua juga lebih informatif tentang apa hal-hal edukasi yang bisa
diterapkan kepada anak lewat adanya tontonan tersebut. Tidak hanya Spongebob
Squarepants, tayangan seperti "Upin dan Ipin" serta "Boboiboy", serta "Pada Zaman Dahulu" juga merupakan
bentuk tayangan dibawah Bimbingan Orang Tua. Dikarenakan tidak adanya sulih
suara ke dalam bahasa Indonesia, membuat anak akhirnya secara tidak sadar
mengikuti gaya bicara dengan logat Upin dan Ipin serta Boboiboy, sehingga anak
menjadi lupa bagaimana berbahasa Indonesia dengan baik dan benar kepada orang
lain. Hal ini diperlukan sebagai bahan referensi orang tua agar anak tidak meniru hal-hal yang melunturkan nilai sebagai anak Indonesia. Akan tetapi, bukan berarti tayangan yang disebutkan di atas adalah tayangan yang tidak punya wadah edukasi untuk anak. Kartun-kartun tersebut memiliki nilai edukasi yang bisa diajarkan ke anak, hanya saja tidak dengan visual dari kartunnya tapi juga bimbingan atau penjelasan dari orang tua supaya anak bisa memahami maksud dari kartun tersebut.
Hal yang paling mendasari dari
tayangan kartun untuk anak-anak adalah orang tua harus kenal dan paham kartun
yang anak sering tonton. Apakah dalam kartun tersebut tidak ada adegan
kekerasan atau gaya bahasanya yang kurang cocok dengan anak-anak. Tidak hanya
itu saja, orang tua harus paham betul tontonan tersebut memiliki nilai edukasi
tinggi atau tidak. Yang paling penting adalah, kenalilah kategori program
kartun yang ditonton anak-anak. Apakah yang ditonton adalah kategori A, SU, BO,
R atau D? Jangan sampai anak-anak salah menonton sehingga memengaruhi tumbuh
kembangnya.
No comments:
Post a Comment