CARTOON 4 KIDS

Tuesday, December 15, 2015

BERUANG MADU YANG GEMAR MAKAN MADU

Masih bertahan membaca blog ini? Ide bagus bila memutuskan untuk bertahan. Karena bahasan kali ini sangat menarik, yaitu tentang beruang madu berkaus merah. Siapa lagi kalau bukan Winnie The Pooh.
Winnie The Pooh adalah suatu karakter animasi Disney berupa beruang madu kuning yang mengenakan kaus merah dalam serial animasinya. Karakter buatan A.A Milne ini kerap dikenal dengan sebutan Edward Bear.


Pada awalnya Winnie The Pooh merupakan suatu nama untuk boneka beruang yang dimiliki anak laki-lakinya yang bernama Christopher Robin Milne. Nama tersebut juga akhirnya menjadi nama tokoh dalam cerita buatan A.A Milne ataupun serial animasinya.

Boneka beruang milik Christopher Robin akhirnya membuat debutnya dalam sebuah puisi karya A.A. Milne berjudul ‘Teddy Bear’ pada tahun 1934 edisi 13 Februari dari majalah Punch, puisi yang sama juga diterbitkan dalam buku milik A.A Milne

Winnie The Pooh menjadi World's Ambassador of Friendship

Perlu Sobat Kartun ketahui bahwa pada tahun 1997, PBB menetapkan Winnie The Pooh, sebagai World's Ambassador of Friendship. Karakter seperti apakah Pooh sehingga dinobatkan sebagai World’s Ambassador of Friendship? Apa yang bisa anak-anak pelajari dari Winnie The Pooh? Tetaplah membaca chapter pada blog ini!



Pooh adalah karakter dalam animasi Winnie The Pooh yang gemar makan madu. Karakter ini dikenal sebagai tokoh yang bersahabat, dan juga sangat disenangi oleh anak-anak lantaran rupanya yang lucu dan menggemaskan. Tidak hanya lucu, Pooh merupakan salah satu tokoh yang penyayang. Ia sangat pengertian terhadap tokoh-tokoh lain seperti Eeyore, Tigger, Christopher Robin, dan juga Piglet yang adalah sahabatnya. Pooh juga mengajarkan anak-anak bagaimana kita harusnya dalam berteman.



Selain Pooh, Sobat Kartun juga belajar dari Piglet. Piglet merupakan salah satu sahabat Pooh yang memiliki sifat pemalu. Walaupun pemalu, namun Piglet juga memiliki sifat penyayang seperti Pooh yang selalu membantunya. Lewat Piglet, Sobat Kartun belajar bagaimana menjadi sosok pribadi yang setia kawan bagi orang lain.

Adapun juga Eeyore. Seekor keledai berwarna biru yang juga merupakan teman Pooh yang ia sukai karena kepintarannya dan ia mampu untuk menjaga dirinya sendiri. Karakter Eeyore memang bisa dibilang muram atau suram karena kehilangan ekornya. Lewat Eeyore, Sobat Kartun diajarkan bagaimana menjadi individu yang dapat mengolah kemampuan akademiknya. Walaupun Eeyore terlihat seperti hewan yang gemar bermuram, Sobat Kartun juga diajak untuk tidak mudah muram seperti Eeyore.


Tidak hanya Eeyore, adapun Tigger. Karakter harimau dalam serial Winnie The Pooh ini sangat senang berpetualang. Tidak hanya senang berpetualang, karakter ini dikenal sangat periang dan bersemangat terhadap apapun. Sobat Kartun tentu ingin menjadi seseorang yang periang seperti Tigger bukan? Ketika menengok Tigger, Sobat Kartun tentu senang melihat tingkahnya yang selalu membawa keceriaan karena karakternya yang begitu hiperaktif.


Selain tokoh-tokoh di atas, ada tokoh yang suka memimpin dalam hal kegiatan apapun, yaitu Rabbit. Tidak hanya suka memimpin, ia juga adalah karakter yang rapi dan teratur. Sobat Kartun juga dapat menilai dari bagaimana gerak-gerik Rabbit dalam berperilaku ketika ia ada dirumah atau bahkan ketika ia sedang menanam sayuran. Tentunya dengan keteraturan Rabbit di kehidupan sehari-hari, juga dapat mengajarkan Sobat Kartun untuk dapat mengatur waktu dengan baik dan tidak menyia-nyiakan waktu juga.




Di antara semua karakter binatang yang ada di serial Winnie The Pooh, terdapat satu tokoh manusia yang tentunya Sobat Kartun pasti tahu. Tokoh itu adalah Christopher Robin. Dalam penjelasan di atas, nama Christopher Robin adalah anak dari A.A Milne. Christopher Robin adalah sahabat dari Pooh. Christopher Robin juga sering menemani Pooh untuk mencari madu di hutan. Dalam serial Winnie The Pooh, Christopher Robin merupakan sosok yang gemar membaca, bahkan terkadang ia membacakan buku yang ia baca. 

Winnie The Pooh tidak hanya memberikan canda tawa ketika menontonnya atau merasa senang ketika melihat karakternya yang menarik dan lucu. Tapi lewat animasi Winnie the Pooh, Sobat Kartun belajar menjadi kawan yang baik dan memahami orang lain. 

Selamat Menonton, Sobat Kartun!


Wednesday, November 25, 2015

SENSOR ATAU TANPA SENSOR?

Sobat Kartun masih bertahan dengan blog ini? Jika tetap bertahan, teruslah membaca! Karena ada banyak bahasan tentang kartun yang dapat Sobat Kartun dapatkan.

Salah seorang crew dari Tim Cartoon4Kids menanyakan kepada beberapa mahasiswa tentang apakah mereka merasa terganggu ketika menonton serial kartun yang tidak bersensor? Para mahasiswa tersebut mengatakan bahwa mereka tidak merasa keberatan apabila tayangan kartun yang biasa mereka tonton tidak bersensor. Justru mereka merasa terganggu ketika menonton kartun yang saat ini banyak disensor.

“Gue merasa agak terganggu dengan sensor yang berlebihan sama kartun-kartun di TV”

“Agak risih sih sebenernya kalo nonton kartun yang ada sensornya”

Ada beberapa hal yang membuat suatu tayangan bisa terkena sensor, misalkan memang dalam tayangan tersebut mengandung unsur-unsur kekerasan atau menggunakan benda-benda tajam atau berbahaya seperti narkotika. Pengaruh sensor belum tentu memberi kesan positif bagi para penontonnya. Misalkan saja untuk tayangan Spongebob Squarepants di mana salah satu karakternya yaitu Sandy disensor di bagian dada karena ia menggunakan bikini. Secara logika, Sandy adalah hewan. Akan nampak aneh untuk seekor hewan diberlakukan sensor hanya karena Sandy menggunakan bikini.

Sandy Cheeks, salah satu tokoh yang disensor oleh KPI 


Penggunaan sensor yang tepat dan benar merupakan suatu sarana yang dapat digunakan Komisi Penyiaran Indonesia dalam memantau tayangan yang dianggap baik terutama untuk anak-anak. Adanya klasifikasi pada tayangan untuk anak-anak seperti A, R, dan BO sudah membantu anak untuk menentukan tayangan yang tepat dan benar. Akan tetapi penggunaan sensor yang berlebihan akan membuat pola pikir anak menjadi rancu. Anak akan bertanya-tanya kenapa ada beberapa bagian yang dikenakan sensor. Salah satunya seperti contoh di atas yaitu tokoh Sandy pada Spongebob Squarepants. Anak-anak memahami apabila tokoh-tokoh pada serial kartun tersebut adalah hewan, sehingga akan terasa berlebihan apabila karakter tersebut dikenakan sensor.

Bulma adalah salah satu tokoh yang disensor karena menggunakan pakaian mini



Apakah sampai saat ini sensor sudah digunakan dengan tepat? Untuk beberapa tayangan sensor sudah dinilai menjadi hal yang diperlukan. namun untuk beberapa tayangan terutama untuk serial kartun ada baiknya tetap mengandalkan klasifikasi yang sudah diberikan pada tayangan. Apabila memang tayangan itu aman untuk anak-anak, maka sensor tidak perlu menjadi suatu hal yang menjadi keharusan. Ketika sensor digunakan secara berlebihan, pola pikir anak akan berubah. Ada begitu banyak yang akhirnya memiliki pola pikir negatif karena adanya sensor yang berlebihan. Karakter animasi Bulma dalam serial Dragon Ball disensor dibagian dada di salah stasiun televisi swasta. Menurut sebagian remaja menganggap hal tersebut biasa saja karena serial animasi Dragon Ball ditujukan untuk remaja yang pola pikirnya sudah berbeda dengan anak-anak. Tayangan Spongebob Squarepants yang diklasifikasikan sebagai tayangan Bimbingan Orang Tua dirasa tidak perlu membutuhkan sensor, karena serial animasi tersebut didasarkan memang untuk anak-anak dan berada dalam pengawasan orang tua. 

Wujud sensor yang berhasil ada pada dubbing. Dalam suatu tayangan serial animasi, ada beberapa tokoh yang kerap mengucapkan kata-kata umpatan kepada lawan bicaranya, secara tidak langsung tentunya akan membuat anak-anak untuk meniru akan apa yang dikatakan oleh tokoh kartun tersebut. Dengan adanya sensor pada dubbing, maka akan mengurangi kecenderungan anak untuk mengikuti  pola bicara seperti yang dilakukan oleh tokoh kartun tersebut. 

Kehadiran sensor tentu dimaksudkan untuk memberi batasan yang positif terhadap para penontonnya. Akan tetapi apabila penggunaan sensor berada pada lewat dari batas, maka akan memberikan pengaruh yang melenceng dari seharusnya. Pada generasi anak-anak tahun 90an, mereka terbiasa untuk menonton tayangan yang bebas sensor di mana mereka terbiasa untuk menonton rok yang terangkat karena terkena angin, ataupun belahan dada pada perempuan yang sudah memasuki masa remaja. Pada masa itu, anak-anak seperti sudah ter mindset bahwa fenomena yang disebutkan bukanlah sesuatu yang salah ataupun tabu, karena dianggap menjadi suatu bagian dalam kehidupan sehari-hari dan dinilai cukup realistis. Ada yang menganggap bahwa banyak orang-orang yang memiliki nalar secara negatif atau berpikir mesum semenjak digalakkannya sensor bagi tayangan kartun. Sebagai orang tua, perlu dicermati  bagaimana pentingnya sensor untuk kategori-kategori tertentu. 

Selamat menonton, Sobat Kartun! 



Tuesday, November 17, 2015

D UNTUK DEWASA

Untuk artikel ini diharapkan Sobat Kartun memang punya cara pandang dewasa karena topiknya yang bersifat dewasa. Semoga Sobat Kartun juga menjadi dewasa dalam memilih kartun untuk anak-anak. Terima kasih

Apakah Sobat Kartun pernah memerhatikan klasifikasi tayangan televisi untuk dewasa? Dalam tayangan berkategori dewasa, kontennya berisikan tentang kejadian kriminal, politik, action, horor, ataupun hal-hal yang berbau seksual. Seperti ketika Sobat Kartun menonton film Bourne Ultimatum yang pernah ditayangkan di salah satu televisi swasta, kategori yang digunakan adalah D. Penempatan jam tayang untuk dewasa juga berbeda dengan yang SU, A maupun R.

Apabila anak-anak dan remaja ditempatkan ada yang pagi, siang, ataupun sore, tayangan untuk dewasa ditempatkan di malam hari mulai dari pukul 22.00 hingga dini hari. Penempatan tayangan tersebut ditujukan agar anak-anak tidak menonton tayangan yang tidak seharusnya ditonton. Tidak hanya dari tayangan saja, iklan yang muncul pada malam hari juga disesuaikan dengan target audiencenya. Karena target audiencenya adalah orang dewasa, maka iklan yang muncul adalah iklan rokok ataupun kondom.

Perfect Blue adalah salah satu film animasi yang diklasifikasikan untuk dewasa


Lalu apa kaitannya dengan kartun? Meskipun masih jarang di televisi swasta Indonesia, namun perlu diketahui bahwa adapun kartun yang ditujukan untuk kategori dewasa. Salah satunya seperti film animasi berjudul Perfect Blue. Film tersebut menceritakan tentang seorang personel girl band yang memutuskan untuk menjadi pemain film, namun segalanya berubah ketika tidak sejalan dengan apa yang ia kehendaki. Walau dalam bentuk animasi, adegan-adegan yang ditampilkan memang bukanlah ditujukan untuk anak-anak karena banyaknya cuplikan yang menampilkan adegan seksual ataupun pembunuhan.

Family Guy dikategorikan sebagai serial animasi untuk dewasa menurut tvguide.com


Menurut portal berita tvguide.com, dikatakan bahwa tayangan TV kabel seperti American Dad, Family GuyThe Boondocks, dan lainnya merupakan tayangan animasi yang dikhususkan untuk dewasa. Sehingga orang tua perlu memastikan apakah mereka sudah  memilih kartun yang tepat untuk anak-anak, agar anak-anak tidak salah menonton hingga akhirnya meniru apa yang dilihat dalam tayangan tersebut. Tidak hanya itu juga, ada baiknya untuk mengatur jam tidur anak agar ia tidak tergoda untuk menonton tayangan tengah malam. Ketika anak dibiasakan untuk tidur lebih awal, tontonan yang mereka tahu adalah tontonan yang memang dikhususkan untuk mereka. Mungkin sebagian orang berpendapat tidak masalah apabila anak-anak menonton kartun dewasa, karena anak-anak belum memahami kontennya. Akan tetapi penuturan anak akan tercermin tidak hanya dari serapan isi yang ditontonnya saja, melainkan dari bagaimana anak berbicara, berperilaku, dan cara pandang seperti apa yang ia tonton. Di suatu wilayah di Amerika, seorang anak kedapatan menembak asisten rumah tangga di rumahnya dengan menggunakan senjata api karena menonton tayangan Robocop. Apakah anak tersebut dapat disalahkan? Atau tayangan Robocopnya yang disalahkan? Tidak sedikit anak yang penasaran dengan tayangan mistis, namun ketika mereka menontonnya, akhirnya timbul rasa paranoid dan membuat anak menjadi imajinatif terhadap tayangan mistis yang ditontonnya. 


Apabila anak menonton tayangan kategori D, dapat membawa dampak bagi anak secara moral. Pergeseran moral tersebut akan membuat anak dewasa terlalu dini. Munculnya beberapa tayangan sinetron yang tidak memiliki nilai edukasi sudah cukup membuat banyak anak-anak memiliki cara pandang yang ditampilkan oleh tayangan sinetron tersebut, apabila dengan menonton tayangan dewasa. Hal ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi Sobat Kartun untuk lebih cermat memilah tayangan kartun yang dinilai adalah berkategori dewasa. 

Selamat menonton, Sobat Kartun!




Monday, November 16, 2015

KARTUN ITU...

Artikel kali ini adalah sekilas info tentang definisi kartun. Apa arti dari kartun itu sendiri? Apa yang membuat anak tertarik dengan kartun? Ingin tahu? Mari dibaca! 


Anak-anak gemar nonton kartun. Karena menurut mereka, kartun itu menarik, lucu, dan menghibur. Terutama karena formatnya adalah bentuk animasi. Di tiap tahunnya, muncul kartun-kartun menarik yang membuat anak menjadi betah untuk menontonnya. Lalu bagaimana perkembangan kartun dari masa ke masa?

Kartun yang kita kenal adalah suatu tayangan berformat dua dimensi yang menampilkan ilustrasi seni rupa. Awalnya kartun hanya berupa gambar yang dibuat dengan kertas ataupun kanvas. Kemudian seiring berkembangnya zaman, kartun kini beralih ke format animasi di mana gambar yang ditayangkan dapat bergerak.

Hannah Barbera adalah studio pembuatan serial animasi yang mendominasi di Amerika 


Televisi merupakan wadah yang memberi potensi besar untuk kartun. Mulai dari Hannah Barbera dengan Flinnstonenya, Warner Brother’s dengan Looney Tunes, ataupun Disney dengan Mickey Mousenya. Seiring dengan perubahan masa, kartun pun juga berubah. Namun formatnya tetap sama. Kartun tidak punya alur tetap dan tiap episodenya memiliki persoalan yang berbeda sehingga tidak bosan untuk ditonton. Salah satu pembuat serial kartun tersukses di sepanjang sejarah adalah Hannah Barbera. Studio ini merupakah salah satu yang berhasil memproduksi serial kartun terkhususnya untuk tayangan televisi, seperti Scooby Doo, The Smurfs, The Flinnstones, dan juga Yogi The Bear. Kemudian mulai berkembang dengan adanya Cartoon Networks yang memunculkan aneka kartun baru seperti Johny Bravo, Powerpuff Girls, dan Cow and Chicken. Hannah-Barbera merupakan pemilik dari studio animasi yang kini berada di bawah kepemilikan Turner Broadcasting System ini.  Lalu munculnya Nickelodeon yang menayangkan acara khusus untuk anak-anak berumur 2 hingga tahun serta 8 hingga 16 tahun. Tayangan Nickelodeon sempat mewarnai layar televisi di Indonesia seperti Dora the Explorer yang sampai saat ini masih bertahan di salah satu TV swasta Indonesia, Blues Clues, Jimmy Neutron, Hey Arnold!, dan sebagainya.

One Piece merupakan salah satu contoh tayangan animasi Jepang 


Lalu bagaimana dengan Detective Conan, Naruto dan One Piece? Tayangan yang biasa para remaja tonton setiap hari di televisi ataupun TV kabel ini, dikenal dengan sebutan anime. Pada dasarnya anime dan kartun sama saja. Yang membedakan adalah alur cerita anime yang bersambung dan ada hasil akhirnya atau berujung tamat. Format yang seperti ini kerap kali membuat penontonnya dibawa penasaran akan kisah selanjutnya sehingga banyak remaja atau anak-anak yang gemar menonton kartun berseri seperti ini. Namun tidak jarang juga tayangan kartun yang berkelanjutan seperti Avatar : The Last Airbender yang berkelanjutan dan memiliki akhir cerita. 

Bagaimana tahap perkembangan dari anime? Mari kita tengok! 

Kata anime sendiri berasal dari bahasa serapan bahasa Inggris yaitu "animation". Anime adalah suatu ragam seni yang memiliki metode dan teknik yang telah digunakan atau diadaptasikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan teknologi. Perkembangan animasi Jepang bermula pada awal abad ke 20 di mana seorang pembuat film yang bereksperimen untuk membuat sebuah tayangan animasi. Kemudian pada tahun 1917 terbitlah sebuah animasi singkat pertama berdurasi 2 menit yang menceritakan seorang samurai yang ingin menguji coba pedang barunya kepada targetnya hanya untuk merasakan apa itu menderita. 

Salah satu cuplikan dari bentuk anime yang di produksi tahun 1917.

Anime pertama yang berhasil meraih tingkat kepopulerannya adalah Astro Boy yang tayang pada tahun 1963. Kemudian Hayao Miyazaki mulai mengembangkan anime menjadi sebuah film layar lebar berjudul The Castle of Cagliostro pada tahun 1979. Seiring dengan berkembangnya waktu, anime menjadi lebih beragam dan tersegmentasikan. Ada jenis anime yang dinamakan Shonen yaitu untuk anak laki-laki sekolah dasar hingga sekolah menengah, sedangkan Shojo untuk anak perempuan sekolah dasar hingga sekolah menengah. Sedangkan untuk kategori anak-anak dinamakan Kodomo. 



Di era tahun 90an, anime pun semakin populer hingga masuk ke dalam pertelevisian di Indonesia. Anime yang muncul pada masa itu ada Sailormoon yang khas dengan tagline "Dengan kekuatan bulan, akan menghukummu!". Ada juga serial anime yang bertemakan olahraga seperti Captain Tsubasa, Slam Dunk, dsb. Tidak hanya itu, anime yang bergenre action seperti Yu Yu Hakusho, Gundam Wing, Rurouni Kenshin, dan Hunter X Hunter mulai muncul di kalangan anak-anak laki-laki. Semua kartun tahun 90an memberikan esensi yang menarik bagi kalangan anak-anak yang gemar menonton tayangan kartun pada masa itu. 

Tayangan anime pada masa itu di televisi Indonesia berada pada jam yang tepat untuk anak-anak. Anak-anak yang berada pada masa itu pagi harinya dihiasi begitu banyak tayangan  yang tidak kalah seru dan mendidik seperti Sesame Street, The Tweenies, dan Banana's in Pajamas. Di sore hari juga dihibur dengan tayangan seperti Captain Tsubasa, Honey Bee Hutch, dan Chibi Maruko Chan, dan berbagai kartun lainnya. Pada masa itu juga, orang tua turut mendampingi anaknya yang menonton tayangan yang berklasifikasi BO seperti untuk menonton Hunter X Hunter dan Ghost at School. 



Berkembang menuju era 2000an, beberapa anime memasuki masa akhirnya atau bahkan ada yang sudah tamat. Namun ada juga yang masih berkelanjutan seperti One Piece, Naruto, dan Dragon Ball yang sudah memasuki masa baru. Di tahun 2000-an anime berkembang dengan muncul karakter-karakter menarik dan segar. Contohnya adalah anime Eyeshield 21 yang memiliki karakter anti-hero yaitu Hiruma Youichi. Karakter ini digambarkan seperti sosok iblis yang menyebalkan dan menyeramkan. Tidak hanya Eyeshield 21, anime seperti Hikaru No Go, Ghost at School, Beyblade, dan Shaman King juga turut meramaikan televisi Indonesia pada saat itu. 

Hiruma Youichi yang memiliki karakter anti-hero dalam serial Eyeshield 21

Seiring berkembangnya teknologi yang lebih maju, televisi pun turut mengikuti pergerakan tersebut diiringi dengan berkembangnya tayangan-tayangan baru yang menarik dan menghibur. Akan tetapi, tayangan-tayangan kartun untuk anak-anak menjadi berkurang di tiap-tiap stasiun TV. Kategori tayangan seperti Sesame Street dapat digantikan dengan adanya Laptop Si Unyil yang juga sama-sama mengedukasi anak-anak. Namun, tayangan sinetron dan FTV kemudian mendominasi tayangan di berbagai TV swasta yang akhirnya membuat tayangan kartun anak-anak berkurang. Sedikit melegakan apabila acara seperti Laptop Si Unyil, Bolang Si Bocah Petualang, dan Dunia Binatang masih ada untuk mengedukasi dan menghibur anak-anak Indonesia. Tidak hanya tayangan seperti Bolang, beberapa kartun seperti Upin dan Ipin, Boboiboy, Adit dan Sopo Jarwo, juga Pada Zaman Dahulu mulai muncul untuk menghibur anak-anak yang lama tidak menonton kartun. Bagi sebagian orang yang menggunakan TV kabel, anak-anak mereka masih dapat menikmati tayangan kartun seperti Phineas and Ferb, Pokemon, Teen Titans, dan masih banyak lagi. 

Perkembangan anime pada saat ini sangat beragam dan lebih menawarkan cerita-cerita yang beragam. Hanya saja, televisi Indonesia jarang menayangkannya dan yang bertahan hanya beberapa seperti Naruto, Spongebob Squarepants, dan Dragon Ball. Adapun kartun seperti Pororo dan Curious George yang memberikan nilai positif bagi anak-anak. Sungguh disayangkan apabila tayangan kartun untuk anak-anak yang memiliki potensi untuk mengedukasi mereka tidak dapat tayang. Semoga tayangan kartun yang dinilai dapat membantu tumbuh kembang anak dapat tayang di televisi Indonesia sehingga anak akhirnya tidak salah menonton tayangan televisi. 



Selamat menonton, Sobat Kartun! 











KUCING BULAT PEMAKAN DORAYAKI YANG DISUKAI SEMUA ORANG


Masih betah untuk membaca artikel-artikel bertajuk kartun? Bila kalian minat, tetaplah membaca karena masih ada banyak lagi yang akan dijelaskan dalam blog ini. Ingin tahu? Tetaplah membaca!

"Semua, semua, semua dapat dikabulkan. Dapat dikabulkan dengan kantong ajaib."


Doraemon adalah sebuah serial manga dan animasi Jepang yang digarap oleh Tsutomu Shibayama (untuk kartun) dan Fujimoto Hiroshi dengan Abiko Motoo (untuk manga) yang sampai saat ini masih dikenal oleh seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sejak tahun 90an, Doraemon tetap ada menjadi tontonan anak-anak, bahkan hingga mereka sudah beranjak dewasa, mereka masih merasa senang untuk menonton Doraemon. Seperti yang sudah dijelaskan di artikel sebelumnya, Doraemon merupakah salah satu kartun dengan klasifikasi SU yang mana orang dewasa pun bisa ikut nonton bersama anak mereka. Doraemon sendiri punya daya tarik yang unik sehingga membuat anak-anak yang menonton senang atau bahkan terharu ketika menonton serialnya. Tidak hanya itu, karakter Doraemon yang adalah kucing bertubuh gempal berwarna biru membuat orang-orang yang menonton dibuat gemas olehnya. 

Apa yang bisa kita pelajari dari serial Doraemon?


Ada banyak hal yang bisa Sobat Kartun pelajari dari Doraemon. Di tiap serialnya. ia selalu mengeluarkan barang ajaib nan canggihnya untuk mewujudkan keperluan Nobita. Namun, tiap kecerobohan yang dibuat Nobita karena sembarang menggunakan alat ajaib tersebut, Doraemon selalu dengan setia mengingatkan Nobita untuk mengoptimalkan apa yang sudah ia miliki sehingga dapat ia kembangkan. Di beberapa filmnya, Doraemon juga yang membangkitkan semangat Nobita dan kawan-kawan untuk melawan kejahatan atau membuat perubahan agar tidak terus menerus terpuruk. Doraemon juga dinilai sebagai sesosok sahabat yang setia pada Nobita, seberapapun Nobita melakukan kesalahan, Doraemon selalu membuka hatinya untuk memaafkan Nobita dan mengingatkan Nobita untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya. Tidak hanya dari sisi humanisnya (walaupun Doraemon berwujud kucing), Doraemon juga banyak akal dalam mengambil suatu keputusan. Salah satunya ada dalam film Doraemon: Nobita in the Robot Kingdom yang mana ia harus melawan robot ukuran raksasa tanpa ada kantong ajaibnya. 

 Salah satu adegan film Doraemon : Stand by Me yang menunjukkan sikap empati Doraemon kepada Nobita yang sedang sedih.

Di tiap-tiap tokohnya, serial Doraemon memiliki karakter yang unik dan dapat mengedukasi anak lewat memperkenalkan tokoh tersebut. Sebut saja salah satu tokoh tersebut Nobi Nobita. Nobi Nobita yang kita ketahui secara umum adalah dia anak yang malas dan banyak mengeluh. Menurut animator dari Nobi Nobita yaitu Fujimoto, pada dasarnya Nobita sebenarnya bukan tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya malas jika harus bersungguh-sungguh ketika melakukan sesuatu, sehigga setiap hari ia selalu bersantai-santai. Tapi kalau memang diperlukan, ia bisa melakukannya dengan bersungguh-sungguh. Dibalik belajar hal buruk dari Nobita, Sobat Kartun juga bisa belajar hal baik dari Nobita seperti dalam film Doraemon: Nobita and the Legend of the Sun King, ia menunjukkan bahwa sebagai manusia haruslah menghargai satu sama lain tanpa memandang adanya perbedaan status yang melekat. Tidak hanya itu, Nobita sangat menghargai adanya persahabatan. Terutama persahabatannya dengan Doraemon. Walaupun terkesan ia hanya membutuhkan Doraemon untuk meminta alat canggihnya, namun sebenarnya ia sangat peduli terhadap Doraemon dalam hal apapun.

Selain Nobita, Sobat Kartun juga dapat belajar dari teman-teman Nobita yaitu ; Shizuka, Gian, dan Suneo. Seperti yang Sobat Kartun ketahui Shizuka adalah teman sekelas Nobita. Shizuka anak yang periang, pintar, baik hati, dan juga dia yang sering membela Nobita apabila diganggu oleh Suneo dan Gian. Tidak hanya sering membela Nobita yang suka di bully oleh teman-teman lainnya, Shizuka bahkan memberikan semangat kepada Nobita untuk melakukan sesuatu lebih baik walau terkadang tidak berhasil. Selain Shizuka, Gian dan Suneo juga dapat memberikan pelajaran bagi Sobat Kartun untuk tidak selalu mengejek seseorang  hanya karena orang tersebut tidak dapat melakukan sesuatu. Tidak hanya itu, namun mereka juga mengajarkan Sobat Kartun untuk menjadi pribadi yang setia kawan 

Di tiap serial animasi, banyak terkandung pembelajaran yang dapat membantu anak untuk menumbuhkan rasa empati ataupun memperoleh ide. Seperti serial Doraemon yang memiliki banyak pembelajaran dan dapat membantu anak-anak untuk berempati seperti Doraemon, menghargai orang lain seperti Nobita, pintar seperti Shizuka serta setia kawan seperti Gian dan Suneo. Sehingga ketika anak menonton Doraemon, mereka dapat mengatakan "Aku ingin pintar seperti Shizuka, maka itu aku akan rajin belajar" atau "Aku ingin seperti Doraemon yang memiliki kantong ajaib,  kalau sudah besar nanti aku ingin menjadi ilmuwan." 





Selamat menonton, Sobat Kartun! 



 

Saturday, November 14, 2015

INI ITU BOLEH DI TONTON TIDAK YA??

Apakah kamu semakin tertarik membaca blogspot ini? Maka kamu resmi menjadi Sobat Kartun. Ingin lebih tahu hal lain yang berkaitan tentang kartun? Tetaplah membaca!

Pernahkah Sobat Kartun menyadari ketika seorang anak menonton Naruto, kemudian secara tidak sadar anak tersebut mengikuti perilaku yang ada tampilkan dalam kartun tersebut? 

Ada media yang meliput bahwa ada seorang anak yang meninggal karena mengikuti tingkah laku Naruto yang bisa meloncat dari satu tempat ke tempat lain. Sungguh tragis bukan? Sangat disayangkan seorang anak yang harusnya bisa menggapai masa depan namun harus berakhir begitu saja hanya karena menonton kartun. Lalu apa respon orang tua setelah adanya berita itu? Banyak yang menuntut supaya tayangan Naruto dihentikan karena tidak baik untuk anak-anak. Apakah itu salah? Mari kita telaah!



Naruto merupakan suatu tayangan animasi buatan Jepang yang diadaptasi dari serial manga yang berjudul sama. Secara garis besar Naruto bercerita tentang ninja yang hiperaktif dan nakal namun memiliki tekad yang kuat untuk menjadi Hokage atau pemimpin dan ninja terkuat di desanya. Tayangan Naruto bisa dikatakan adalah untuk kategori Remaja. Kenapa? Tontonan remaja didasari dengan adanya perubahan pola pikir dari anak-anak menjadi lebih dewasa. Kategori tontonan remaja diidentifikasi dari umur 16 hingga 20 tahun. Kategori remaja pola pikirnya sudah lebih terarah dibanding anak-anak dan lebih paham untuk membedakan mana yang baik dan buruk untuk ditiru. Berbeda dengan anak-anak yang harus diingatkan atau diberitahukan dahulu oleh orang tuanya apabila melakukan sesuatu. Naruto memang memberikan peran edukasi dalam tayangannya, di mana anak belajar untuk memahami betapa berharganya sahabat, guru bahkan orang tua dalam hidup kita. Tidak hanya itu, Naruto juga mengajarkan bahwa lewat kebaikan, hidup akan terasa berarti. Ada banyak lagi hal-hal baik yang diajarkan lewat serial Naruto. Hanya saja, Naruto adalah tayangan yang diperuntukkan remaja karena adegan-adegan dan gaya bahasa yang ditampilkan. 

Akan tetapi di balik pembelajaran yang edukatif tersebut, perlu diingatkan kembali bahwa klasifikasi anime Naruto adalah untuk Remaja atau R. Sehingga penyampaiannya akan berbeda dibanding ketika menonton Sofia The First atau "Upin dan Ipin". Pembahasan yang disampaikan juga tidak seringan yang dibahas di "Boboiboy" atau "Adit dan Sopo Jarwo". 

Bleach adalah salah satu anime yang berkategori R 

Tidak hanya Naruto saja. Hal serupa juga berlaku untuk anime seperti One Piece, Eyeshield 21, atau bahkan kartun-kartun tahun 90an seperti "Ranma 1/2", Gundam Wing, dan sebagainya. Kategori mereka adalah R atau Remaja. Hal ini sering kali menjadi kelengahan orang tua karena tidak memahami bahwa konten tiap kartun yang ditayangkan itu berbeda. Misalnya saja Bleach yang menceritakan seorang siswa SMA bernama Ichigo Kurosaki yang bisa melihat dan berkelahi dengan roh halus. Dengan melihat tokoh dan alur ceritanya yang penuh adegan perkelahian seperti ini, harusnya membuat orang tua lebih cermat apakah anaknya sudah cukup boleh untuk menonton tayangan seperti itu? Jika umur anaknya adalah 15 tahun, hal itu dirasa masih belum cukup karena anak umur 15 tahun masih dalam proses akil balik dan masih mencoba untuk meniru apa yang dia lihat terlebih lagi lewat tayangan televisi terkhususnya kartun atau anime.

Apabila anak tidak di pilah tayangannya, maka anak akan bergaya atau bertingkah seakan-akan ia adalah seorang Naruto atau seorang Luffy. Bukan hanya meniru tingkahnya, namun juga akan berbicara seperti mereka. Tidak menutupi bahwa akhirnya anak akan merobohkan batasan-batasan atau ketentuan yang sudah diatur oleh orang tuanya kemudian dilawan karena menonton Naruto atau One Piece. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Santhoso (1994) di sebuah Kotamadya Yogyakarta, diketahui bahwa adanya hubungan antara minat terhadap film kekerasan dengan kecenderungan perilaku agresi. Salah satunya adalah tayangan kekerasan di televisi yang terus-menerus ditonton oleh anak-anak. 

Sama halnya dengan tayangan sinetron yang marak tayang di berbagai televisi swasta. Orang tua kerap kali menganggap bahwa tidak masalah apabila anak menonton tayangan tersebut karena memiliki nilai hiburan yang sesuai dengan orang tua. Hal tersebut justru membuat anak akhirnya belajar dari sinetron untuk melakukan seperti yang ditampilkan kemudian ia terapkan kepada teman-teman atau orang tuanya. Secara garis besar, tayangan sinetron di Indonesia banyak menampilkan tindakan negatif seperti merebut pacar orang lain, melawan orang tua, orang-orang selalu dinotabenekan memiliki nilai religius yang tinggi. Cara pandang tersebut akan membuat stereotype anak terhadap orang lain, sehingga anak akan lebih mudah untuk bertindak kasar kepada temannya atau melawan orang tuanya, serta memandang orang lain dengan apa yang hanya ia ketahui bukan mengenalnya lebih baik. 

Apakah orang tua berhak untuk berkata TIDAK terhadap kartun atau anime yang ingin ditonton oleh anaknya yang adalah kategori R? YA, itu harus! Akan ada saatnya anak akan menonton tayangan yang memang dikhususkan untuk remaja. Hingga pada masa itu, anak-anak tetaplah menonton tayangan kartun yang disesuaikan dengan umurnya dan klasifikasinya supaya terhindar dari adanya pergeseran moral. Yang terutama adalah bagaimana orang tua dengan sigap mampu menilai jenis tayangan yang ingin ditonton oleh anaknya. Sehingga, orang tua tidak menilai kartun hanya sebatas tayangan animasi, namun lebih memahami bahasan dalam kartun tersebut, sehingga tidak sembarang menyalahkan bahwa tayangan tersebut tidak baik atau patut untuk anak-anaknya. 


Selamat menonton! 







DI PILAH-PILAH YUK!

Jika kamu secara kebetulan ada dalam blogspot ini dan ternyata senang membaca artikel tentang kartun, silahkan tetap membaca! Atau jika kamu memang ingin  memahami bagaimana kartun bisa memengaruhi anak dalam berkembang, tetaplah membaca!

Apakah sobat kartun memiliki anak yang gemar nonton kartun? Tontonan seperti apa yang biasa mereka tonton? Apakah menonton Aikatsuu di weekend setiap pagi? Atau menonton Sofia The First? Tontonan tersebut diklasifikasikan sebagai kategori A atau Anak-anak. Bagaimana kita tahu kartun tersebut adalah klasifikasi A? Adakah klasifikasi lain untuk tontonan anak-anak? Mari kita tengok!



Kartun diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Mereka di kategorikan sesuai dengan konten, gaya bahasa, serta alur cerita yang digunakan berdasarkan umur penontonnya. Bila anak gemar nonton Sofia The First, gaya bicaranya akan lebih kepada kekhasan anak-anak, dan juga secara tidak langsung ada unsur edukasi yang membuat anak akhirnya tergerak untuk mengikuti tindakan tersebut. Sehingga klasifikasi terhadap kartun Sofia the First adalah A yaitu Anak-anak.  Ada juga seperti Dora the Explorer, Chalkzone, Doraemon,  Go Diego Go, Sheriff Callie Wild West, dan berbagai kartun yang serupa dengan itu. Klasifikasi terhadap tontonan kategori A ini didasari dengan unsur bahwa ; 

1.   Tayangan yang khusus dibuat dan ditujukan untuk anak
2.    Berisikan isi, materi, gaya penceritaan, tampilan yang sesuai dengan dan tidak merugikan perkembangan dan kesehatan anak
3.  Tidak boleh menonjolkan kekerasan (baik perilaku verbal maupun non-verbal) serta menyajikan adegan kekerasan yang mudah ditiru anak-anak
4.  Tidak boleh menyajikan adegan yang memperlihatkan perilaku atau situasi yang membahayakan yang mudah atau mungkin ditiru anak-anak.
5.    Tidak boleh mengandung muatan yang dapat mendorong anak belajar tentang perilaku yang tidak pantas, seperti: berpacaran saat anak-anak, bersikap kurang ajar pada orangtua atau guru.
6.    Tidak mengandung muatan yang mendorong anak percaya pada kekuatan paranormal, klenik, praktek spiritual magis, mistik, atau kontak dengan roh.
7.      Tidak mengandung adegan yang menakutkan dan mengerikan
8.     Mengandung salah satu atau beberapa hal yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan, budi pekerti, hiburan, apresiasi estetik dan penumbuhan rasa ingin tahu mengenai lingkungan sekitar
9.    Jika program mengandung gambaran tentang nilai-nilai dan perilaku anti-sosial (seperti tamak, licik, berbohong), program tersebut harus juga menggambarkan sanksi atau akibat yang jelas dari perilaku tersebut.
10.  Tidak memuat materi yang mungkin dapat mengganggu perkembangan jiwa anak, seperti: perceraian, perselingkuhan, bunuh diri, penggunaan obat bius.



SU merupakan akronim dari Semua Umur, di mana tayangan yang disiarkan dapat ditonton oleh orang tua maupun anak-anak. Misalkan seperti film Wall-E, Dinosaur, An American Tale, Inside Out, Madagascar atau bahkan serial Doraemon. Tayangan dengan kategori SU dapat dinikmati oleh tiap kalangan baik dewasa maupun anak-anak. Berbagai contoh kartun yang sudah disebutkan baru saja adalah tayangan kartun yang tidak hanya dinikmati anak-anak saja, namun juga untuk kalangan dewasa. Lewat adanya tayangan kategori Semua Umur, anak memiliki kesempatan untuk bisa menonton bersama dengan orang tuanya dan keduanya dapat saling belajar dan tahu lewat kartun tersebut.



Inside Out dan Wall-e merupakan contoh film layar lebar yang berklasifikasi A sehingga dapat disiarkan di televisi. 




Ada juga kategori tayangan dengan klasifikasi BO atau Bimbingan Orang Tua. Hal ini perlu benar-benar diterapkan oleh orang tua sehingga anak punya batasan dan arahan sejauh mana tayangan tersebut memberi efek positif pola pikir anak. Tayangan seperti Spongebob Squarepants adalah salah satu yang dikategorikan sebagai tayangan Bimbingan Orang Tua. Kategori ini lebih mengarahkan orang tua untuk lebih informatif terhadap anak tentang apa yang ditontonnya. Dengan adanya tayangan bersifat BO, anak belajar untuk mendengar saran orang tua tentang apa yang sedang dia tonton. Orang tua juga lebih informatif tentang apa hal-hal edukasi yang bisa diterapkan kepada anak lewat adanya tontonan tersebut. Tidak hanya Spongebob Squarepants, tayangan seperti "Upin dan Ipin" serta "Boboiboy", serta "Pada Zaman Dahulu"  juga merupakan bentuk tayangan dibawah Bimbingan Orang Tua. Dikarenakan tidak adanya sulih suara ke dalam bahasa Indonesia, membuat anak akhirnya secara tidak sadar mengikuti gaya bicara dengan logat Upin dan Ipin serta Boboiboy, sehingga anak menjadi lupa bagaimana berbahasa Indonesia dengan baik dan benar kepada orang lain. Hal ini diperlukan sebagai bahan referensi orang tua agar anak tidak meniru hal-hal yang melunturkan nilai sebagai anak Indonesia. Akan tetapi, bukan berarti tayangan yang disebutkan di atas adalah tayangan yang tidak punya wadah edukasi untuk anak. Kartun-kartun tersebut memiliki nilai edukasi yang bisa diajarkan ke anak, hanya saja tidak dengan visual dari kartunnya tapi juga bimbingan atau penjelasan dari orang tua supaya anak bisa memahami maksud dari kartun tersebut. 


Hal yang paling mendasari dari tayangan kartun untuk anak-anak adalah orang tua harus kenal dan paham kartun yang anak sering tonton. Apakah dalam kartun tersebut tidak ada adegan kekerasan atau gaya bahasanya yang kurang cocok dengan anak-anak. Tidak hanya itu saja, orang tua harus paham betul tontonan tersebut memiliki nilai edukasi tinggi atau tidak. Yang paling penting adalah, kenalilah kategori program kartun yang ditonton anak-anak. Apakah yang ditonton adalah kategori A, SU, BO, R atau D? Jangan sampai anak-anak salah menonton sehingga memengaruhi tumbuh kembangnya. 

Selamat menonton kartun! 


Designed By Blogger Templates