CARTOON 4 KIDS

Wednesday, November 25, 2015

SENSOR ATAU TANPA SENSOR?

Sobat Kartun masih bertahan dengan blog ini? Jika tetap bertahan, teruslah membaca! Karena ada banyak bahasan tentang kartun yang dapat Sobat Kartun dapatkan.

Salah seorang crew dari Tim Cartoon4Kids menanyakan kepada beberapa mahasiswa tentang apakah mereka merasa terganggu ketika menonton serial kartun yang tidak bersensor? Para mahasiswa tersebut mengatakan bahwa mereka tidak merasa keberatan apabila tayangan kartun yang biasa mereka tonton tidak bersensor. Justru mereka merasa terganggu ketika menonton kartun yang saat ini banyak disensor.

“Gue merasa agak terganggu dengan sensor yang berlebihan sama kartun-kartun di TV”

“Agak risih sih sebenernya kalo nonton kartun yang ada sensornya”

Ada beberapa hal yang membuat suatu tayangan bisa terkena sensor, misalkan memang dalam tayangan tersebut mengandung unsur-unsur kekerasan atau menggunakan benda-benda tajam atau berbahaya seperti narkotika. Pengaruh sensor belum tentu memberi kesan positif bagi para penontonnya. Misalkan saja untuk tayangan Spongebob Squarepants di mana salah satu karakternya yaitu Sandy disensor di bagian dada karena ia menggunakan bikini. Secara logika, Sandy adalah hewan. Akan nampak aneh untuk seekor hewan diberlakukan sensor hanya karena Sandy menggunakan bikini.

Sandy Cheeks, salah satu tokoh yang disensor oleh KPI 


Penggunaan sensor yang tepat dan benar merupakan suatu sarana yang dapat digunakan Komisi Penyiaran Indonesia dalam memantau tayangan yang dianggap baik terutama untuk anak-anak. Adanya klasifikasi pada tayangan untuk anak-anak seperti A, R, dan BO sudah membantu anak untuk menentukan tayangan yang tepat dan benar. Akan tetapi penggunaan sensor yang berlebihan akan membuat pola pikir anak menjadi rancu. Anak akan bertanya-tanya kenapa ada beberapa bagian yang dikenakan sensor. Salah satunya seperti contoh di atas yaitu tokoh Sandy pada Spongebob Squarepants. Anak-anak memahami apabila tokoh-tokoh pada serial kartun tersebut adalah hewan, sehingga akan terasa berlebihan apabila karakter tersebut dikenakan sensor.

Bulma adalah salah satu tokoh yang disensor karena menggunakan pakaian mini



Apakah sampai saat ini sensor sudah digunakan dengan tepat? Untuk beberapa tayangan sensor sudah dinilai menjadi hal yang diperlukan. namun untuk beberapa tayangan terutama untuk serial kartun ada baiknya tetap mengandalkan klasifikasi yang sudah diberikan pada tayangan. Apabila memang tayangan itu aman untuk anak-anak, maka sensor tidak perlu menjadi suatu hal yang menjadi keharusan. Ketika sensor digunakan secara berlebihan, pola pikir anak akan berubah. Ada begitu banyak yang akhirnya memiliki pola pikir negatif karena adanya sensor yang berlebihan. Karakter animasi Bulma dalam serial Dragon Ball disensor dibagian dada di salah stasiun televisi swasta. Menurut sebagian remaja menganggap hal tersebut biasa saja karena serial animasi Dragon Ball ditujukan untuk remaja yang pola pikirnya sudah berbeda dengan anak-anak. Tayangan Spongebob Squarepants yang diklasifikasikan sebagai tayangan Bimbingan Orang Tua dirasa tidak perlu membutuhkan sensor, karena serial animasi tersebut didasarkan memang untuk anak-anak dan berada dalam pengawasan orang tua. 

Wujud sensor yang berhasil ada pada dubbing. Dalam suatu tayangan serial animasi, ada beberapa tokoh yang kerap mengucapkan kata-kata umpatan kepada lawan bicaranya, secara tidak langsung tentunya akan membuat anak-anak untuk meniru akan apa yang dikatakan oleh tokoh kartun tersebut. Dengan adanya sensor pada dubbing, maka akan mengurangi kecenderungan anak untuk mengikuti  pola bicara seperti yang dilakukan oleh tokoh kartun tersebut. 

Kehadiran sensor tentu dimaksudkan untuk memberi batasan yang positif terhadap para penontonnya. Akan tetapi apabila penggunaan sensor berada pada lewat dari batas, maka akan memberikan pengaruh yang melenceng dari seharusnya. Pada generasi anak-anak tahun 90an, mereka terbiasa untuk menonton tayangan yang bebas sensor di mana mereka terbiasa untuk menonton rok yang terangkat karena terkena angin, ataupun belahan dada pada perempuan yang sudah memasuki masa remaja. Pada masa itu, anak-anak seperti sudah ter mindset bahwa fenomena yang disebutkan bukanlah sesuatu yang salah ataupun tabu, karena dianggap menjadi suatu bagian dalam kehidupan sehari-hari dan dinilai cukup realistis. Ada yang menganggap bahwa banyak orang-orang yang memiliki nalar secara negatif atau berpikir mesum semenjak digalakkannya sensor bagi tayangan kartun. Sebagai orang tua, perlu dicermati  bagaimana pentingnya sensor untuk kategori-kategori tertentu. 

Selamat menonton, Sobat Kartun! 



Share This

No comments:

Post a Comment

Designed By Blogger Templates