CARTOON 4 KIDS

Monday, January 18, 2016

TELEVISI, KARTUN, dan PERSEPSI


Jika Sobat Kartun merasa sering menonton televisi bukanlah hal buruk, mungkin bisa membaca bagian dari blog ini. Jika Sobat Kartun merasa terlalu sering menonton televisi adalah hal yang buruk, mungkin juga bisa membaca bagian dari blog ini. Membingungkan? Lebih baik di scroll ke bawah saja.

Televisi  memberi banyak manfaat bagi mereka yang menikmati kehadiran televisi. Mulai dari hiburan, informasi nasional maupun internasional, atau bahkan seputar lingkup keagamaan. Karena begitu banyaknya manfaat, orang tua cenderung untuk menggunakan televisi sebagai media alternatif anak dalam membantu tumbuh kembangnya. Namun apakah benar orang tua sudah menggunakan televisi dengan benar? Mengingat gencarnya media audiovisual ini untuk memperoleh rating besar-besaran dari publik, sehingga memberikan konten-konten yang terkesan kacangan, dan hanya memuaskan mata sesaat.

Seorang anak SD kelas 2 gemar menonton serial TV Anak Jalanan dengan alasan sederhana “seru banget soalnya!” Apakah mereka harus disalahkan atas hal tersebut? Anak tersebut tidak dengan sendirinya menonton atas dasar keinginannya sendiri. Namun adanya trigger atau pendukung misalkan dari asisten rumah tangganya atau mungkin kedua orang tuanya. 

Pembagian segmentasi kartun juga dirasa tidak terlalu merata. Dengan menotabenekan anak-anak, semua dikategorikan sebagai A atau SU. Orang tua pun cenderung tidak memahami kegemaran anaknya terhadap kartun, dan hanya mengatakan “duh ini mah tontonan anak kecil!” lalu mengganti saluran TV yang tadinya dikhususkan untuk anaknya. Ketika orang tua memandang anak kelas 5 SD bahwa mereka sudah besar, bukan berarti mereka boleh menonton tayangan remaja secara bebas. Merekapun masih dikategorikan sebagai anak-anak. Persepsi seperti itulah yang terkadang membuat kesenangan anak terhadap kartunpun berkurang.

Persepsi adalah cara pandang seseorang yang pastinya berbeda di tiap-tiap orangnya. Namun perlu dicermati bahwa memandang sesuatu dengan 1 sudut pandang saja tidaklah cukup. Sama dengan menilai klasifikasi tayangan kartun. Ada sebagian orang tua yang merasa bahwa menonton Spongebob Squarepants dapat merusak pola pikir anak sehingga tidak perlu ditonton. Terutama karena karakter Shandy Chicks yang mengenakan bikini sebagai kostumnya. Orang tua merasa bahwa hal tersebut dapat membuat anak berpikir ke arah pornografi ketika menonton Spongebob Squarepants. Tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya gagal dalam bertumbuh kembang. Akan tetapi, orang tua juga tidak boleh lepas tangan dalam mendidik dan mengarahkan anak untuk bisa berpikir kreatif dan imajinatif. 


Dalam klasifikasi, tayangan Spongebob Squarepants adalah kategori BO. Sehingga orang tua harusnya dapat menemani anak untuk memahami serial kartun tersebut. Andaikan orang tua hanya sekedar melanggar anaknya untuk menonton Spongebob karena dapat merusak anak-anak yang tidak jernih, maka justru pola pikir orang tua tersebut yang perlu dipertimbangkan kembali. Jika anak tidak mengerti maksud lelucon dari serial Spongebob atau tidak paham kenapa karakter di sana bertingkah sedemikian rupa, maka patutlah orang tua harus menjabarkan dan memberi arahan yang mendidik. Sehingga fungsi dari kartun tersebut dapat tersalurkan dengan benar oleh televisi sehingga membuat pola pikir anak lebih memahami apa yang diajarkan dalam kartun yang ia tonton.

Tetaplah menonton, Sobat Kartun! 


Share This

No comments:

Post a Comment

Designed By Blogger Templates